DC Cooler adalah sebuah alat pendingin (khususnya baterai BTS) non freon dan non refrigerator yang catu dayanya berupa tegangan DC. Karena sudah tidak menggunakan freon sebagai pendingin, tak pelak lagi teknologi DC Cooler adalah teknologi alternatif untuk mewujudkan ‘Green BTS’ atau BTS yang ramah lingkungan. Bisa Anda bayangkan, jumlah menara BTS di Indonesia diperkirakan lebih dari 30 ribu menara. Jika satu menara BTS saja membutuhkan dua Air Conditioner (AC) untuk shelter BTS yang ada di bawahnya, maka sudah berapa banyak freon yang dibuang ke atmosfer tiap harinya? Sebagaimana kita ketahui bahwa freon adalah bahan penyumbang terbesar terjadinya efek rumah kaca dan pemanasan global (global warming). Ini tentunya harus kita cermati bersama, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari.
Teknologi Pendinginan DC Cooler
Berbeda dengan Air Conditioner konvensional, DC Cooler menggunakan material Peltier sebagai pendingin. Material memang unik karena mampu menghasilkan panas di satu sisi dan dingin di sisi lain. Sisi dingin inilah yang dimanfaatkan secara optimal untuk mendinginkan suhu ruang. Peltier atau dalam beberapa referensi disebut juga Thermoelectric mudah dijumpai dipasaran sebagai sumber panas dan dingin di dispenser. Anda tentu sudah sangat familiar dengan dispenser bukan? Referensi tentang Peltier atau thermoelectric dapat anda baca-baca di sini.
Pemanfaatan DC Cooler untuk mendinginkan baterai BTS
BTS (Base Transceiver Station) merupakan perangkat operator seluler yang bertugas untuk memancarkan frekuensi GSM ke pelanggan dan melakukan handling percakapan telepon/SMS/data yang terjadi di dalam coverage-nya. Sebagai garda terdepan penghasil revenue operator, mau tak mau BTS ini harus dijaga agar dapat beroperasi 24 jam penuh. Hang atau down sebentar saja sudah berapa rupiah yang melayang. Oleh karena itu sebuah BTS biasanya dilengkapi dengan baterai sebagai back up power jika sewaktu-waktu ada gangguan PLN. Mengingat perannya yang sentral, maka baterai harus dirawat agar siklus hidupnya (life cycle) panjang, minimal sesuai dengan spesifikasi baterai. Salah satu parameter maintenance baterai yang critical adalah suhu ruang. Idealnya, suhu ruang tempat baterai disimpan adalah 250C. Namun meningkat 10 derajat saja (350C) sudah menurunkan performance baterai menjadi setengahnya (50%). Perhatikan grafik di bawah yang menyatakan hubungan antara life time baterai versus suhu ruang (Ambient temperature). Dari grafik di bawah dapat ditarik kesimpulan bahwa parameter suhu benar-benar memegang peranan penting dalam maintenance baterai.

Nah, di sinilah peran DC Cooler dalam menjaga agar suhu ruang baterai tetap berada di 250C. Karena semua perangkat di BTS menggunakan tegangan -48 V maka, DC Cooler ini juga diset pada tegangan kerja -48V. Berikut adalah foto-foto implementasi DC Cooler di sebuah operator seluler di Indonesia.
Penutup
Sesuai dengan himbauan pemerintah agar menggunakan teknologi yang ramah lngkungan (Kepres RI No.23/1992 tentang Perlindungan Lapisan Ozon dan UU No.17/2004 tentang Pemanasan Global), maka teknologi DC Cooler adalah sebuah teknologi masa depan untuk mengondisikan suhu ruang. Selain sebagai pendingin baterai di BTS, salah satu aplikasi yang mungkin akan berkembang di masa depan adalah penggunaan DC Cooler ini sebagai pengganti Air Conditioner di mobil listrik.
Spesifikasi teknis DC Cooler :
- Tegangan kerja : 48 VDC
- Energi : 587 BTU/h
- Daya : 157 Watt
- Temperatur : 21 – 300C
NB : Jika berminat dengan DC Cooler, Anda bisa menghubungi saya di 081910026910
a Technopreneur – writer – Enthusiastic about learning AI, IoT, Robotics, Raspberry Pi, Arduino, ESP8266, Delphi, Python, Javascript, PHP, etc. Founder of startup Indomaker.com